Keluarga Bahagia Menurut Islam

Posted by Unknown on 22:52

Manusia sebagai makhluk ciptaan Allah telah dibekali, sejak awal kejadiannya dengan keinginan untuk berkeluarga, dan mempunyai keturunan. Setiap keluarga juga menginginkan kebahagian. Justru itu islam memberikan panduan untuk memimpin manusia mencapai kebahagiaan yang mereka inginkan sekaligus mendapat keridhoan Allah.

Allah berfirman
Dan di antara tanda tanda kebesaran Allah dijadikan kamu (manusia) pasangan hidup dari jenis kamu supaya dengannya Allah anugerah kasih sayang (mawaddah) dan rahmat (kasihan belas) dengan yang demikian itu jadi petanda kebesaran Allah untuk orang orang yang berakal’

Ayat diatas menjadi pijakan untuk manusia memahami tujuan sebenarnya suatu perkawinan. Islam mempunyai tujuan yang amat murni dalam perkawinan antara pria dengan wanita.
Islam meletakkan satu definisi bersifat amanah untuk seorang pria menghamili isteri atau pasangan yang bukan saja untuk menunaikan fitrah tetapi lebih besar yaitu untuk menikmati rahmat dan kebaikan serta keampunan daripada Allah SWT.
Artinya tujuan memuaskan hawa nafsu syahwat semata-mata dalam perkawinan hampir tidak disebut kerana ia hanya satu tuntutan naluri manusia. Kalau hawa nafsu syahwat menjadi tuntutan alam perkawinan maka perkawinan manusia tiada ada bedanya dengan hubungan jenis antara jin atau setan.
Kemesraan wujud dalam alam setan seperti juga alam jin dan alam manusia tetapi bedanya Islam menganjurkan pada manusia supaya kemesraan dinikmati mengikut jalan yang diridhoi Allah. Kemesraan mengikut cara yang mendapat rahmat Allah akan mewujudkan sebuah keluarga yang dipenuhi dengan keberkatan dan barakah, keberkatan yang akan melahirkan nilai-nilai kemesraan dan kebahagiaan yang direstui dan dilindungi Allah.
Berkeluarga Di Alam Baqa
Kekeluargaan dalam Islam tidak terbatas pada konsep duniawi semata-mata seperti yang terbatas pada kelompok-kelompok makhluk yang lain. Manusia, sekiranya ada status keluarga yang diridhoi oleh Allah, maka mereka akan terus berkeluarga selepas berpindah dari alam dunia ke alam baqa. Sepasang suami isteri yang soleh, yang mulia cara hidupnya, akan diridhoi Allah dan selepas meninggal dunia ini mereka akan tetap bersama-sama di akhirat bertemankan anak-anak mereka.
Hubungan keluarga dalam Islam adalah kudus (suci), justru itu Islam mewajibkan suami memberi nafkah kepada isteri dan anak-anak. Nafkah bukan saja membahagiakan keluarga di dunia, malah segalanya akan diberi pahala sebagai amalan yang soleh. Setiap amalan yang soleh dan membawa kepada kemuliaan, akan mendapat balasan yang baik di akhirat. Ini berarti, insan dalam keluarga Islam adalah yang patuh dan mentaati segala perintah Allah terutama bagi mereka yang membentuk tatacara keluarga mengikut landasan yang diperintahkan oleh Islam. Islam adalah asas bagi setiap keluarga untuk menemui ketenangan fikiran dan tugas suami adalah untuk mengendalikan rumah tangga supaya dibina dan ditaqbir atas landasan murni itu. Bagi anak-anak mereka juga harus menghormati dan menghargai pengorbanan ibu bapa dengan sikap yang mulia sebagai tanda terima kasih.
Kemesraan yang dipupuk atas nilai tanggungjawab akan menjadikan sebuah keluarga itu sebagai satu kelompok kecil masyarakat yang aman dan menjadi teladan. Membina keluarga bahagia tidak semudah membina rumah lahiriah kerana membina rumah lahiriah biasanya dapat dijalankan secara teratur berpandukan pelan yang sedia ada. Berpegang teguh kepada rencana, suami akan membuat kerja mengikut arahan yang telah tertera pada rencana asal. Tetapi bagi sebuah rumah tangga antara suami ist1ri dan anak-anak, meskipun dibina atas satu rancangan atau rencana yang khusus lagi teliti, namun sampai masanya ada juga terjadi ha-hal yang bertentangan daripada apa yang direncanakan.
Kita seharusnya paham bahwa manusia adalah makhluk Allah yang lemah di mana ada yang mengimpikan cita cita yang tinggi tetapi mencapainya hanya sedikit saja, malah ada kalanya gagal sama sekali. Ini menunjukkan dalam setiap usaha manusia ada kuasa lain yang menentukannya. Artinya kebahagiaan itu milik Allah dan bukannya hak manusia. Suami isteri adalah alat untuk menuju kebahagiaan, begitu juga anak anak dan harta benda. Semua itu hanyalah alat semata mata untuk mencapai kebahagiaann.
Kebahagian Milik Allah Haruslah disadari selagi sifat sesuatu benda itu bersifat alat, maka ia hanya satu pra-syarat yang tidak semestinya dapat menentukan kenyataan yang terjadi. Misalnya, cangkul hanyalah alat untuk memudahkan manusia mengerjakan kebun mereka atau menanam pokok. Tenaga manusia juga alat untuk menggunakan cangkul itu. Maka baiknya manusia menyadari bahawa material hanya alat tetapi kebahagiaan yang sebenarnya ada di tangan Allah.

1 comments:

Comment by Obat Kanker Prostat Tradisional on 14 January 2013 at 08:09

Informasi yang sangat bermanfaat, makasih banyak untuk infonya...

 

Post a Comment